Langsung ke konten utama

Ketidakpastian (1)

Ayat bacaan: Mazmur 62:2
======================
"Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku."

"Tidak ada yang pasti dalam hidup ini kecuali satu hal, mati." Demikian kata teman saya pada suatu kali. Kalau kita melihat bagaimana kondisi dunia hari ini, sepertinya apa yang ia katakan terasa benar. Malapetaka, bencana, ancaman dan sebagainya bisa terjadi kapan saja. Hidup bagi banyak orang penuh dengan ketidakpastian. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi nanti, bahkan semenit kemudian pun kita tidak akan pernah tahu. Ada yang sudah berusaha mati-matian tetapi hasil yang diperoleh sangatlah tidak sebanding dengan usaha yang dilakukan. Ada yang secara logika sudah pasti bakal sukses, tapi kenyataannya tidaklah demikian. Semua sudah direncanakan sejak jauh hari, tetapi bisa tiba-tiba terjadi sesuatu yang membuat semua rencana menjadi hancur berantakan. Seringkali salahnya bukan di kita tapi karena faktor-faktor di luar kita. Ada banyak lagi contoh yang menggambarkan betapa sulitnya untuk menjalani kehidupan yang baik dan adil di dunia ini.

Pada suatu hari siapapun manusianya tentu akan mencapai akhir kehidupannya di dunia. Itu memang pasti. Tetapi ingatlah bahwa itu bukanlah kepastian satu-satunya yang akan kita alami. Dalam Kristus ada kepastian bahwa kita akan selamat, masuk ke dalam kehidupan kekal apabila kita percaya dan menerima Yesus sebagai Tuhan dan Juru Selamat. Kita harus menjaga setiap sisi kehidupan kita agar tidak melenceng dari janji keselamatan dan harus menjalani hidup sebagai pelaku-pelaku firman. Kalau semua itu kita lakukan, maka keselamatan pun merupakan sebuah kepastian. Meski demikian, dalam perjalannya hidup memang bisa saja terbentur berbagai bentuk masalah. Ketidakmampuan kita untuk melihat apa yang akan terjadi di masa depan bisa membuat hidup terlihat penuh dengan ketidakpastian. Kita bisa menyikapi itu dengan pesimis, tapi kita pun bisa menghadapinya dengan optimis, jika kita tahu bahwa Tuhan akan selalu ada bersama dengan kita. Dengan mengingat hal ini kita seharusnya bisa menyingkirkan kegelisahan akan hari esok atau masa depan. Pemazmur juga seorang manusia seperti kita dan menghadapi juga naik turun dan jatuh bangunnya keadaan. Tapi ia tidak mau menyerah dan terus gelisah dalam menyikapi hidup. Ia memilih untuk mengandalkan Tuhan lebih daripada hanya terpaku membiarkan kegelisahan menyelubungi dirinya. Karenanya kita bisa melihat sebuah kalimat singkat yang ia tulis, yang sesungguhnya sangat penting untuk kita ingat: "Hanya dekat Allah saja aku tenang, dari pada-Nyalah keselamatanku." (Mazmur 62:2).

Bagi saya, ayat ini merupakan ayat yang sangat menguatkan dan mampu memberi ketenangan. Betapa sering dan banyaknya manusia yang lupa bahwa ketenangan sejati sesungguhnya berasal dari Allah, bukan dari situasi dan kondisi kita di dunia, bukan dari limpahan uang, status, tingkat pekerjaan dan sebagainya, bukan pula dari orang lain. Kondisi boleh tidak pasti atau tidak jelas. Tapi dengan menyadari bahwa kehadiran Tuhan akan selalu ada bersama kita seharusnya mampu membuat kita tetap tenang. Keselamatan kita ada dalam tanganNya, pertolongan atas hal sesulit apapun ada padaNya, jaminan akan hari depan disediakan Tuhan.

Jika kita melanjutkan pada ayat berikutnya, peneguhan akan terasa semakin kuat. "Hanya Dialah gunung batuku dan keselamatanku, kota bentengku, aku tidak akan goyah." (ay 3). Teruskan membaca pasal ini,  maka kita akan menemukan kembali ayat yang berbunyi mirip: "Hanya pada Allah saja kiranya aku tenang, sebab dari pada-Nyalah harapanku." (ay 6).  Mau segelap apapun kondisi negara dan dunia menurut orang, mau segoncang apapun keadaan kelak menurut prediksi, kita punya gunung batu dan kota benteng yang kokoh. Berpeganglah disana maka kita tidak akan bisa digoyahkan. Kita bisa tetap tenang fokus untuk memberi atau melakukan yang terbaik jika kita mau menyadari bahwa Allah selalu berada dekat dengan kita.
(bersambung)

sumber: Renungan Harian Online

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Cisco Lifecycle Service

   Dunia Jaringan terus berkembang. Jaringan tidak lagi hanya tentang menghubungkan antar 2 komputer. Jaringan telah menjadi cerdas dan memainkan peran penting dalam membantu meningkatkan kinerja perusahaan. Perusahaan berkeinginan untuk memperluas jaringan mereka. Mengambil keuntungan dari kemajuan teknologi, perusaan dapat menambahkan layanan baru dan meningkatkan produktivitas. Cisco Lifecycle Services     Cisco Lifecycle Services dirancang untuk mendukung jaringan yang berkembang. Cisco Lifecycle Services adalah pendekatan enam fase. Tiap tahap mendefinisikan aktifitas yang dibutuhkan agar berhasil dalam menyebarkan dan mengoperasikan teknologi Cisco. Hal ini juga menjelaskan secara rinci bagaimana mengoptimalkan kinerja di seluruh siklus hidup suatu jaringan. Keenam fase dari Cisco Lifecycle Services adalah:     1.    Tahap Persiapan.     2.    Tahap Perencanaan.     3.    Tahap Desain.     4.    Tahap Pelaksanaan.     5.    Tahap Pengoperasian.     6.    Tahap P

GiB dengan GB

1 GiB > dr 1 GB sistem nya beda dengan SI dimana 1MB = 1000 KB , I GB memiliki nilai 10^9 = 1000000000 bytes tetapi karena pembacaan binary prefix oleh os maka GB akan di baca menjadi GiB sehingga 1 gibibyte = 2^30 bytes = 1073741824bytes = 1024 mebibytes (perhatikan bukan megabytes ) untuk perhitungannya yup benar GiB yang terbaca = GB / nilai GiB = 16 / 1073741824bytes = 14,89 GiB Ingat GiB 7,4 % lebih besar dari GB , bingung yaaaah Perhatikan Tabel Full notation Symbol Value 1 kilobyte 1 kB 10^3 = 1000 bytes 1 megabyte 1 MB 10^6 = 1000000 bytes 1 gigabyte 1 GB 10^9 = 1000000000 bytes 1 terabyte 1 TB 10^12 = 1000000000000 bytes 1 exabyte 1 EB 10^15 = 1000000000000000 bytes 1 kibybyte 1 KiB 2^10 = 1024 bytes 1 mebibyte 1 MiB 2^20 = 1048576 bytes 1 gibibyte 1 GiB 2^30 = 1073741824 bytes 1 tebibyte 1 TiB 2^40 = 1099511627776 bytes 1 exbibyte 1 EiB 2^50 = 1125899906842624 bytes

Kaya dalam Kemurahan (1)

Ayat bacaan:  2 Korintus 8:2 ======================= "Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan." Bagi banyak orang, memberi tergantung dari banyak tidaknya uang berlebih. Ada yang mengikuti like and dislike alias suka atau tidak, suasana hati atau mood. Kalau lagi mood ya dikasih, kalau lagi tidak ya biarkan saja. Ada yang memberi karena ingin terlihat hebat di mata orang lain, bahkan ada pula yang memberi untuk 'mencuci' dosa. Di desa dibelakang rumah saya para ibu sedang heboh menceritakan seorang pria. Ceritanya ia baru saja menyumbang 30 juta rupiah ke rumah ibadah di lingkungan itu. Ia tidak mau menyebutkan dari siapa uang itu berasal. Ia mau disebut hanya sebagai hamba Allah, tapi lucunya itu ia ucapkan dengan keras di depan banyak orang. Orang mengenalnya, orang tahu berapa jumlah sedekahnya. Terus untuk apa pakai tidak mau sebut nama segala? Satu